Tengah malam hidup kampung semi perumahan ibu kota tidak sesepi dikampung pedesaan. Gang gang sempit menjadi saksi bisu berdesakan para penghuni warga Rt setempat. Kadang kalau rame berlebihan bila sepi persis seperti kuburan, hanya sesekali ada satpam penjaga malam sambil memukul-mukul tiang telpon penanda jam berapa sekaligus pengganti ayam yang tersingkir dihiruk pikuknya kepadatan ibu kota.
Pejalan tengah malam yang paling istiqomah penjual nasi goreng. Dia tidak pernah absen mengelilingi perkampungan penghuni Rt setempat. Kecuali hari lebaran jarang terdengar ketokan bambu yang dibawa dari kampung mereka.
Sebagai manusia ingin berinteraksi, hidup di perumahan semi perkampungan tidak mudah untuk bisa saling tukar main kerumah masing-masing. Kemabanyakan kita sering ketemu di warung kopi dipojokan-pojokan pertigaan gang, dialah penjual bubur kacang ijo. Satu-satunya warung yang dipastikan buka sampai adzan subuh berkumandang, kadang hingga 24 jam tidak tutup hanya berganti pemain.
Tepatnya di Jl. Kota bambu utara sebebal gapura Jl. Masjid Mujahidin terlihat sayu sedikit remang-remang terdengar gesekan plastik bumbu indomie sedang disedu. Saya duduk sambil memesan soda susu, terdengar suara asik tentang batu akik.
Pasca kenaikan BBM bulan kemaren tidak jauh sebulan kemenangan Jokowi melawan prabowo di kontes kepresidenan. Harga bahan-bahan dapur meroket tak terkendali, mulai dari beras, telor, susu, disusul gas Lpj hingga terjadi kelangkaan Gas 12 kg. Tambah menjeritlah lah rakyat yang sebelumnya berharap pada pemimpin konon dikenal merakyat. Demo-demo mahasiswa bertaburan dimana-mana hingga kelompok-kelompok basis lainya turut ikut turun jalan tapi tidak bisa menghentikan jam keramat kenaikan BBM jam 12 malam.
Disamping ribut-ribut kenaikan BBM ada sisi hobi para pecinta batu tidak terelakkan. Dulunya batu akik hanya milik dukun, dulunya batu permata miliknya konglomeret kini sudah mejadi milik semua kalangan. Mereka pun mencarinya tidak sulit hanya mengandalkan potensi daerah masing-masing yang punya batu alam mereka tempati. Ada batu kalimaya dari banten, batu garut, batu bacan yang terus naik dari maluku, batu sungai dare, batu giok dari aceh baru-baru ini bikin ribut srambi mekkah sana, dari penemuan warga hingga berton-ton.
Dari atausiasnya pencinta batu menyedot perhatian kaum elit pemerintah membuat geger pecinta batu.
" Pemerintah ini apa maunya, mentang-mentang sudah menjadi trend batu ingin ditarik sartifikat lah, yang jelas para penemu-penemu batu tersebut akan kehilangan lahan garapan bisa-bisa tanah tempat batu ditemukan diusir hingga pemilik lahan tidak punya hak lagi " gerutuh peminum kopi sebelah saya itu. Sambil mengoles-ngoles batu ditangannya.
" Saya heran sama pemerintah ini, sedikit ada penghasilan dari kita kini batu-batu mau di sertifikat katanya, padahal dulu waktu dukun-dukun pake batu tidak ada ribut-ribut gini" tambahnya. Penjual bubur pun nyahut.
" Iya, dulu dikampungku juga begitu, tetangga saya lagi gali rumah ternyata dari hasil galihan itu tanahnya ada kadar emasnya, akhirnya g jadi buat rumah dan diteliti berbulan-bulan hingga tetangga saya g bisa nerusin buat rumah" seloroh. Sebenarnya tidak nyambung dengan batu.
" Gitu ya, sama kayak penemuan batu giok diaceh itu, jangan-jangan pemilik lahan penemuan giok itu nanti diusir oleh pemerintah" sambung pecinta batu sambil menghisap rokoknya.
Tiba-tiba datang sosok penjual nasi goreng memesan minuman bersoda tanpa es.
" Coy, soda susu tanpa es" pintanya, sambil mendengarkan percakapan kiri kanan terkait batu.
" Batu itu g ada matinya ya, dini hari masih aja motongin batu digang barat sana" sambungnya.
" Tapi bentar lagi kita bisa susah kalau isu sertifikasi dan kenak pajak oleh pemerintah. Heran saya sama pemerintah ini, kita dibuat susah terus baru mau berkambang.. Eee jadi ketar-ketir lagi" tambahnya pecinta batu itu.
" Itu katanya ada temuan batu giok di kalimatan" tukang nasi goreng ngasih informasi, tapi ditampik oleh penjual bubur.
" Bukan kalimantan itu aceh, coba liat ditv" tukang bubur menjelaskan refrensinya.
" G ditemukan lagi dikalimatan" tukang nasi goreng tidak mau kalah.
"Itu nanti kalau ketahuan pemerintah pasti diambil alih, bisa-bisa pemilik lahannya diusir-usirin kayak pkl-pkl tanah abang" celetuknya pecinta batu.
" Kasian juga kalau gitu ya, sebenarnya kalau memang mau dikelola, bisa saja disewakan atau dipasrahkan pada masyarakat setempat untuk dikelola, biar mereka juga punya kerjaan. Tapi nyatanya mereka yang punya lahan kadang dimatikan usahanya, entahlah saya jualan nasi goreng saja" penjual nasi goreng seakan-akan bermimpi dan berharap agar pemerintah juga bijak menyikapi penemuan masyarakat yang kiranya tidak mematikan pemasukan dan hak milik lahan mereka.
Sambil meminum kopi, pencita batu meratapi gosokan batu yang tidak henti-henti dogosok mungkin sudah mengkilat atau tambah buram karena gelapnya malam. Sambil di angkat kesinar lampu redup batu itu sedikit terlihat lebih mulus dari pada sebelumnya. Tukang gorengan kembali kegerobak yang tiap malam didorongnya entah mau jalan kemana lagi. Penjual bubur lagi asik melayani pembelinya sesekali menatap kedepan warung yang lagi diguyur hujan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar