Untuk
mencapai kemenangan harus lari sekencang-kencangnya, mulai dari lomba lari,
pemain sepak bola dan perlombaan lainnya yang menggunakan tenaga lari. Itu
syarat mutlak untuk mencapai kemenangan. Dan itu sudah terbukti disemua
perlombaan meski selain lari kencang juga butuh ketangkasan biar semakin afdol
tk mencapai kemenangan.
Jelas
sudah terpenuhi, pertanyaan: Apa semua
dengan lari akan selesai semua urusan? yang jelas tidak. Koteks lari disini
tidak berlaku bagi yang lari dari persoalan dan permasalahan. Hampir banyak
yang mengalami masalah lari keluar negeri tertangkap, lari kerimbun belantara
akhirnya keluar dengan sendirinya, lari bergedok menghilangkan jejak
terdeteksi. Semua urusan tidak bisa selesai jika menggunakan jurus lari. Dan
itu sudah terbukti, mulai dari orang yang tersandung korupsi, pencuri sapi,
penipuan akhirnya timbul masalah baru karena lari.
Melihat
analogi tersebut bisa dipastikan dengan adanya doktrin “mundur selangkah adalah
bentuk penghiatan” benar adany. Saya coba mengartikan jika mundur itu juga
salah satu bentuk pelarian. Meski akhir-akhir ini juga disebutkan “ mundur
selangkah mengatur setrategi” sah-sah saja jika itu bukanlah alabi belaka. Yang
pasti lari tidak akan pernah menyelesaikan masalah.
Jaman
ini semakin semrawut kalau melihat keadaan dikota-kota besar, sudah tidak ada
lagi persoalan yang bisa diselesaikan secara kekeluargan semua harus bayar.
Rasa idividu lah yang membuat hampir semua keadaan harus lari ketika
tergelincir dalam satu persoalan. Rasa aman didekat orang pun sudah tidak ada
lagi hanya orang yang merasa sepenanggunganlah yang akan peduli. Sehingga
pilihan lari dianggap lebih baik. Dari pada menghadapi untuk meneyelesaikannya,
dan perlu diingat kalau tau diri juga salah satu syarat agar orang peduli.
Dalam
keluargapun juga mulai serupa, banyak persoalan-persoalan keluarga dihadapi
dengan saling lari mencari cela. Tidak saling tebuka malah menggunakan menggunakan jurus tertutup mungkin pikirnya
dengan lari tertutup akan mengurangi rasa persoalan dan meringankan. Itu salah
besar jika tidak ada kesadaran satu sama lain, tidak saling menyadari satu sama
lain. Bila itu terus berlarut-larut akan terus meruncing seperti tusuk sate
yang siap untuk ditempati daging-daging yang sudah tercabik oleh pisau dapur
entah kapan terakhir diasah.
Kota bamboo 12 februari
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar