Rabu, 11 Februari 2015

KOPI HITAM ATAU BLACK COFFE


                Kalau mendengar dari banyaknya cerita sebenarnya kopi adalah minuman elit dijamannya, entah tahun berapa itu dikenal sebagai minuman para raja. Yang jelas saya tidak terlalu menghiraukan itu kopi berasal dari mana, kesukaan saya pada kopi bukan karena pecinta kopi tapi karena kebiasaan melihat orang tua dan kakek saya meminum kopi tiap pagi sebelum berangkat kesawah sambil bawa clurit dan cangkul. Biasanya yang paling rajin membuatkan kopi untuk bapak dan kakek adalah nenek, setiap pagi tiada henti hingga akhir hayat sang kakek. Meski kakek sudah tiada nenek tetap terlihat kebingungan ketika di kaleng hitam tempat kopi habis.Sang nenek langsung pergi ketoko untuk membeli biji kopi tanpa memilih itu Arabica, kopi biasa atau kopi super  semua tidak penting yang penting  nanti saat disedu menjadi hitam. Itulah nenek mungkin karena bukan ahli kopi tapi rasa kopinya nikmat sekali.

                Menarik ketika semua sudah menjadi cerita, kopi buatan nenek menjadi lenggenda ketika jaman semakin canggih. Hampir setiap warung pasti menyediakan segelas cangkir kopi bagi pencinta kopi, tapi kopinya sudah berubah sasetan tidak lagi menggunakan tumbukan dari balok kayu. Diwarung itu tidak terdengar sangraianya biji kopi dan sudah tidak lagi terdengar suara umupnya air mendidih semuanya berubah instan terlihat dari termus (penyimpan air panas). Hampir semuanya parktis tidak ada proses yang dramatis yang konon minum kopi meringankan rasa sakit kepala.
                Nenek sekarang juga suda tiada tapi saya ingat betul bagaimana proses pembuatan kopi itu. mulai dari pembelian kewarung yang tidak berlebel hanya akan terkenal sipenjualnya (warung Tohar satu misal). Lalu si Nenek mengambil kayu bakar untuk mengsangrai kopi yang sudah dibelinya, biasanya kopi itu dibagi dua. Kopi asli sama kopi campuran: kopi asli dipisah karena permintaan salah satu lingkungan keluarga, kopi campuran adalah kopi dicampur beras jagung untuk menambah kopi agar lebih banyak dan menambah khas aroma rasa kopi tersebut. Setelah proses itu selesai baru tahap akhir yaitu penumbukan. Penumbukan sesuai kemampuan, ada yang pakai mesin giling, digiling pake batu, sedangkan nenak saya pake balok kayu yang dikasih lobang ditambah kayu panjang bulat untuk menindihnya biar hancur. Proses itu butuh waktu satu jam sesui banyaknya kopi yang mau ditumbuk. Dari tumbukan itu akan diulang ulang, setelah terlihat halus, maka diambillah yang halus dengan tempe sambil di goyang-goyang, bagian yang kasar dikembalikan lagi untuk ditumbuk ulang begitu seterusnya hingga semua kopi halus. Sesuai rekues ada kopi yang dibuat kasar untuk penikmat biar saat minum ada yang bisa digigit-gigit. J.
                Itu cerita dramatis sinenek membuat kopi, semua itu diahargai dengan rasa kebanggaan ketika semua keluarga meminum habis kopi yang sudah disediakan. Tanpa bayar mahal tinggal dikasih senyuman dan ucapan terimakasih semua urusan beres. Tidak seperti kopi yang kita alami saat ini, semua dengan modal mahal, kalau tidak tamatlah reputasi kita diwarung kopi tersebut.
                Cerita kopi tidak akan pernah habis, terutama dikalangan aktifis. Kopi dan rokok adalah pengganjal perut yang sangat luar biasa meski terkadang rokok hasil joinan. Rasa lapar bisa bertahan hingga tiga hari, bukan karena tidak ada duit tuk beli nasi tapi pertimbangan untuk saling berbagi, kopi dan rokok yang paling bisa berbagi selain itu wacana dan ilmu hingga pagi. Semua bisa dilewati dengan kopi, ide dan aksi timbul dari kepulan asap dan kopi tidak percaya coba tanyakan pada ahli kopi. Pro dan kontra hadir dengan sendirinya, walau demikian semua tidak menghentikan nadi gerakan sang penyedu kopi. Lain hari silih berganti kini cerita kopi menjadi harta tersendiri. Gelak tawa tidak hanya dinikmati oleh penyangkul dan pembawa clurit tadi pagi.
                Kini kopi menjadi kelas tersendiri, bila ingin mencari relasi siap-siap membayar mahal untuk segelas kopi. Kalau ingin mencari inspirasi cukup dipinggir jalan dengan secangkir kopi dengan harga tidak perlu meratap sedih. Tinggal memilih, tapi semua itu bisa dinikmati jika pikiran tenang tanpa hati iri.
                Kopi sudah menjadi tren nusantara mulai dari barat hingga timur, dari selatan hingga utara. Semua hampir terpengaruh oleh rasa manis pahitnya kopi Indonesia. Bisa diamini keberlangsungan negeri ini seberapa banyak penikmat kopi. Karena dari warung kopi dari seruputan kopi hampir keseluruhan bercerita tentang nasib polri dan KPK, membaca keadaan Negara kedapan tidak terlepas budayawan kita diseantoro nusantara ini. Salam kopi untuk negeri jangan kau sakiti para petani kopi seperti tanam paksa dikebun-kebun masa lalu, jangan kau ingkari sesungguhnya kopi negeri lebih nikmat dari pada cerita  kopi luar negeri. Apa lagi yang mau didustakan selain memperjuangkan, apalagi yang mau dibicarakan selain untuk kebangkitan.
                Salam kopi hangat di tengah banjirnya ibu kota ini, tidak ada lagi cerita siapa yang siap untuk membuat perubahan sealain penghuninya, tidak bisa dipungkiri dengan banyaknya professor menumpuk di ibu kota ini tidak berkutik atas keadaan yang merendamnya kecuali saling menyalahkan. Berapa banyak orang kaya tapi tidak mau memberikan ruang untuk membebaskan aliran air biar tidak hanya menjadi alas an. Semua hanyalah cerita tinggal siapa yang mau berbagi seperti segelas kopi. Musim kampanye sudah usai, tapi kenyataan sama seperti biasanya. Semua cerita air bah melanda tidak hanya di ibu kota, mana lagi yang mau diretorika selain saling bahu membahu. Kecuali semua sudah tiada seperti kakek dan dan nenek saya yang kini sudah tidak bisa menyedu kopi lagi untuk anak cucunya.
Bakoel koffie cikini 11 februari 2015    



Tidak ada komentar:

Posting Komentar