Rabu, 11 Februari 2015

KENYANG MENGURANGI RASA BELAS KASIH


                Ada benarnya juga ungkapan “bisa bersatunya suatu kelompok karena merasa senasib dan sepenanggungan” dan ini bisa kita lihat bagaimana terbentuknya negeri ini. Karena semua merasa senasib dan sepenanggungan maka dengan sukarela mengorbankan harta benda sekaligus nyawanya untuk kemerdekaan. Tidak seperti yang kita alami saat ini, semua bergerak kalau ada bayaran, laju kencang karena mengharap imbalan. Ini menjadi pekerjaan rumah generasi saat ini dan selanjutnya, jika fenomena ini terus berlanjut tidak menutup kemungkinan semangat perjuangan untuk Negara lebih baik mungkin akan sulit tercapainya.
                Semakin tahun semakin bertambah sarjana-sarjana baru dari ribuan kampus yang ada, tapi semua itu tidak bisa menjawab kebutuhan negaranya, hampir semua lulusan sarjana ingin melamar kerja bukan lantas menciptakan lapangan kerja. Semangat Bung Karno dengan lantang mengatakan “ berikan aku sepuluh pemuda maka saya akan goncangkan dunia” untuk sepuluh pemuda saya terjemahkan terpelajar, berani, dan mau bahu-membahu. Beda tahun beda jaman, pelajar sekarang hampir melenceng dari harapan berdirinya pendidikan/sekolahan. Bukannya tampah menjadi anak pintar malah tambah kurang ajar, coba kita tilik di tv-tv banyaknya pelajar tawuran, anak yng sekolah tinggi sebagian juga kurang ajar pada orang tuanya. Begitu juga dengan para ahli hukum di dinegara ini semua hanya menjadi alat kepentingan mereka untuk membodohi yang tidak mengerti. Meski tidak semuanya seperti itu masih ada yang baik juga meski sedikit. Tapi kalau tidak ada filternya bisa jadi ikut tergerus juga.
                Begitu juga denga organisasi, didalam harus saling mengayomi kalau tidak bisa pecah atas dasar kepentingan pribadi, kelompok etnisnya. Jika itu terjadi bisa dipastikan akan timbul konflik internal sedangkan oragnisasi itu adalah miniatur Negara. Bila konslidasinya tidak tuntas maka bisa dipastikan akan menjadi dendam pribadi kelak. Karena banyak kasus timbul sakit karena persoalan masa lalunya, ketika dipercaya oleh rakyat utuk mengemban amanah dipemerintahan jadinya rebut sendiri karena bertemu dengan pesaing masa lalu yang menyanyat hatinya.
                Sedini mungkin kalau memang organisasi yang digeluti mengawal kaderisasi, mulailah memberi contoh dibanding hanya memberikan retorika. Pelajaran yang bisa diambil pemuda sekarang sudah eksesnya luar biasa terbuka. Kalau melihat keadaan itu bisa ditafsiran bahwa pemuda sekarang butuh sosok dan meberikan contoh. Bukan lagi tokoh cumun memberi ceramah dan menghakimi untuk patuh dan taat pada pimpinan. Mereka akan lari terbirit-birit seperti kucing dikejar kerena mencuri ikan asin.  
 Kota bambu utara 11 Februari 2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar