Ada
benarnya juga ungkapan “bisa bersatunya suatu kelompok karena merasa senasib
dan sepenanggungan” dan ini bisa kita lihat bagaimana terbentuknya negeri ini.
Karena semua merasa senasib dan sepenanggungan maka dengan sukarela
mengorbankan harta benda sekaligus nyawanya untuk kemerdekaan. Tidak seperti
yang kita alami saat ini, semua bergerak kalau ada bayaran, laju kencang karena
mengharap imbalan. Ini menjadi pekerjaan rumah generasi saat ini dan selanjutnya,
jika fenomena ini terus berlanjut tidak menutup kemungkinan semangat perjuangan
untuk Negara lebih baik mungkin akan sulit tercapainya.
Semakin
tahun semakin bertambah sarjana-sarjana baru dari ribuan kampus yang ada, tapi
semua itu tidak bisa menjawab kebutuhan negaranya, hampir semua lulusan sarjana
ingin melamar kerja bukan lantas menciptakan lapangan kerja. Semangat Bung
Karno dengan lantang mengatakan “ berikan aku sepuluh pemuda maka saya akan
goncangkan dunia” untuk sepuluh pemuda saya terjemahkan terpelajar, berani, dan
mau bahu-membahu. Beda tahun beda jaman, pelajar sekarang hampir melenceng dari
harapan berdirinya pendidikan/sekolahan. Bukannya tampah menjadi anak pintar
malah tambah kurang ajar, coba kita tilik di tv-tv banyaknya pelajar tawuran,
anak yng sekolah tinggi sebagian juga kurang ajar pada orang tuanya. Begitu
juga dengan para ahli hukum di dinegara ini semua hanya menjadi alat
kepentingan mereka untuk membodohi yang tidak mengerti. Meski tidak semuanya
seperti itu masih ada yang baik juga meski sedikit. Tapi kalau tidak ada
filternya bisa jadi ikut tergerus juga.
Begitu
juga denga organisasi, didalam harus saling mengayomi kalau tidak bisa pecah
atas dasar kepentingan pribadi, kelompok etnisnya. Jika itu terjadi bisa
dipastikan akan timbul konflik internal sedangkan oragnisasi itu adalah
miniatur Negara. Bila konslidasinya tidak tuntas maka bisa dipastikan akan
menjadi dendam pribadi kelak. Karena banyak kasus timbul sakit karena persoalan
masa lalunya, ketika dipercaya oleh rakyat utuk mengemban amanah dipemerintahan
jadinya rebut sendiri karena bertemu dengan pesaing masa lalu yang menyanyat
hatinya.
Sedini
mungkin kalau memang organisasi yang digeluti mengawal kaderisasi, mulailah
memberi contoh dibanding hanya memberikan retorika. Pelajaran yang bisa diambil
pemuda sekarang sudah eksesnya luar biasa terbuka. Kalau melihat keadaan itu
bisa ditafsiran bahwa pemuda sekarang butuh sosok dan meberikan contoh. Bukan
lagi tokoh cumun memberi ceramah dan menghakimi untuk patuh dan taat pada
pimpinan. Mereka akan lari terbirit-birit seperti kucing dikejar kerena mencuri
ikan asin.
Kota bambu utara 11 Februari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar