Lautan membentang luas, tidak terasa kalau tubuh ini sudah 12 jam ditengah lautan tanpa kekurangan air asin. Tidak lagi merasakan bau tanah ataupun aspal, bunyi bising knalpot diganti deruan baling-baling kapal untuk mendorong agar bergerak melaju kencang. Bunyi klakson dengan pelototan mata bak lampu merah digantikan suara trompet sebesar bak mobil. Bukannya melotot lagi melainkan menutup telinga sambil mengelus dada karena tiba tiba saja berbunyi tanpa aba-aba.
Langkah kaki berubah sempoyongan seperti orang mabuk meminum bir dari kulkas penjual ritel kota-kota besar, bisa jadi sudah masuk desa juga. Fatwa haram untuk pengumsumsi terlarang tersebut sudah tidak malu malu lagi karena dijual bebas dengan ijin pendirian toko. Tidak ada lagi moment untuk minum seperti di desa yang adanya hanya di tayub-tayub atas ijin muspika dan kepolisian setempat.
Beruntungnya jalan sempoyongan tidak di diidentikkan dengan orang mabuk saja. Bisa jadi orang tersebut kelaparan, bisa jadi keracunan tanpa diketahui sesama pejalan kaki. Ini lain ceritanya, jalan sempoyongan di atas kapal laut tidak dibuat-buat. Melainkan kondisi jalannya kapal yang menerjang air laut. Dudukpun tidak luput dari sempoyongan seakan ada gempa bumi, tapi kan ini di tengah laut. Seandainya ada nama lagi, mungkin di kasih nama duduk sambil bergoyang.
Ruang terbatas, dengan fasilitas serba diadakan. Mulai dari nonton, film, karaoke, makan minum di caffe sesuai kocek di saku semua pasti bisa di nikmati. Yang paling murah bagi yang berpacaran atau melampiaskan kejenuhannya, naik di dek atau di samping dek kamarnya melihat sunrais atau sunsait. Tapi jangan berharap melihat daratan ini ditengah laut bung. Itu paling murah dan terjangkau karena makan dan minum bagi yang tidak rakus tinggal mengantri di ruang makan class ekonomi. Semua tersedia, air mineral gelas, dan camilan lainya.
Duduk sambil terkantuk adalah ciri pelaut sejati, tidak peduli apa kata orang. Tinggal nunggu intruksi tanpa ada rasa mengeluh meski mungkin dalam hati juga berontak.
Lain cerita bagi pelaut muda, ketawa seenak dimana ada teman tertawa sampai air matanya lompat dari kelopak matanya. Lain urusan semua hanya candaan tidak bisa dijadikan sebagai rasa haru meski meneteskan air mata mengalahkan air asin sesungguhnya.
Lama kelamaan suasana ini bisa menjadi kebiasaan, jadi tenang lah jalan sempoyongan dan duduk bergoyang akan terhindar dari fatwa haram. Ini lautan sahabat MUI dan lembaga fatwa lainnya tidak punya dalil untuk mengharamkan jalan sempoyongan dan duduk bergoyang.
14 november 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar