Lautan membentang luas, tidak terasa kalau tubuh ini sudah 12 jam ditengah lautan tanpa kekurangan air asin. Tidak lagi merasakan bau tanah ataupun aspal, bunyi bising knalpot diganti deruan baling-baling kapal untuk mendorong agar bergerak melaju kencang. Bunyi klakson dengan pelototan mata bak lampu merah digantikan suara trompet sebesar bak mobil. Bukannya melotot lagi melainkan menutup telinga sambil mengelus dada karena tiba tiba saja berbunyi tanpa aba-aba.
Tidak ada cerita keberhasilan tanpa keringat karena itu keberhasilan tidak hanya ada dikeberuntungan saja.
Minggu, 10 Juli 2016
ENTAH KESAL ATAU PEDULI
Sejak tanggal 12 november sudah berdatangan para peserta muspim dari beberapa daerah ke markas besar PMII di Jl. Salemba tengah sana. Geliat antar pengikut dan pengawal untuk mengawal pelayaran menuju pulau Ambon semakin terasa, saling tunjuk dan asumsi dengan kondisi yang tidak pasti, ditambah keuangannya yang tidak jelas membuat jantungan orang yang ditunjuk mengawal. Sudah menjadi rahasia umum kalau dalam kapal semua serba moneter, harga tidak terbeli seperti lagu Iwan Fals. Bedanya ini ditengah laut, jadi tidak ada kritik yang signifikan seperti kemiskinan di di darat. Padahal harga harga sungguh mencekik sampel di tenggorokan paling dalam.
DUA KAMAR MANDI PENUH AROMA
Sesampai dalam kamar yang di penuhi lebih dari seratus orang membuat hawa dingin ruangan berubah jadi gerah. Tidak sedikit orang-orang sekitar melepas baju untuk melampiaskan keheranannya. Hukum kamar yang sesungguhnya prifat berubah menjadi umum tidak ada sekat antara privasi dan rahasia.
Langganan:
Postingan (Atom)